Menu

Mode Gelap
Hasrul Bawa 4 Tim E-Sports ke Porprov, Kado Ulang Tahun untuk Wali Kota KRI Bima Suci Sandar Megah di Makassar, Taruna AAL Angkatan 72 Guncang Dermaga Hatta Peringati WCUD 2025, Diskominfo Makassar Gelar Kerja Bakti dan Kunjungi TPS3R Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi Sabet Dua Platinum Award di Asian Impact Award 2025 Bupati Sidrap Bawa Kabar Baik ke Mentan, Undang Hadiri Panen Raya Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi Raih 37 Penghargaan di ENSIA Award 2025

Sosok

Kisah Pengabdian H. Rahmat Abdul Haris, 18 Tahun Membantu Anak Berkebutuhan Khusus

badge-check


					Pembina Yayasan Anak Harapan, H. Rahmat Abdul Haris. Perbesar

Pembina Yayasan Anak Harapan, H. Rahmat Abdul Haris.

FAJARTV. CO.ID, MAKASSAR — Berawal dari tujuan sederhana, menyelesaikan satu sesi terapi untuk anaknya, H. Rahmat Abdul Haris kemudian mendirikan pelatihan bagi anaknya di rumahnya yang berlokasi di Jalan Boulevard Blok F.10 No.1 Makassar. Awalnya, beliau berencana berhenti setelah sesi terapi tersebut selesai.

Namun, seiring berjalannya waktu, banyak yang menginginkan pelatihan serupa. Karena permintaan yang terus bertambah, pelatihan terapi tersebut pun akhirnya berlanjut dan berkembang. Beliau pun mengaku bahwa rumahnya lebih sering digunakan untuk terapi, sehingga ia tidak pernah benar-benar menikmatinya.

“Namun, kami tetap bersyukur bisa membantu anak-anak lainnya dengan memberikan pelatihan terapi yang bermanfaat,” ujarnya saat menggelar buka puasa bersama dengan anak-anak berkebutuhan khusus dan anak panti asuhan, Jumat (15/3).

Rahmat Abdul Haris menyebut, meskipun memiliki kapasitas yang terbatas, Rumah Harapan telah memberikan manfaat besar bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

“Selama ini, kami hanya mampu menampung sekitar 80 anak, karena kapasitas terapi yang terbatas. Kami hanya bisa memberikan pelatihan, bukan pendidikan seperti sekolah umum,” jelasnya

Ia menyampaikan keprihatinannya terkait meningkatnya jumlah anak yang menyandang kebutuhan khusus. “Data terbaru menunjukkan bahwa di Indonesia, 1 dari 500 anak mengalami kebutuhan khusus. Bahkan di Amerika, rasio ini lebih tinggi, yaitu 1 dari 250,” ungkapnya.

Rahmat menyebut beberapa faktor yang diduga berkontribusi terhadap peningkatan jumlah anak berkebutuhan khusus, seperti pola makan yang kini banyak mengandung plastik dan penggunaan obat-obatan tertentu yang diberikan selama kehamilan.

“Mungkin ada masalah lingkungan atau faktor lain yang turut mempengaruhi. Namun, saya merasakan pada anak saya itu, ada kemungkinan terkait dengan virus yang mungkin terpapar saat obat-obatan diberikan pada dokter kandungan,” jelasnya.

Untuk metode pembelajaran anak berkebutuhan khusus, Rahmat Abdul Haris menjelaskan bahwa mereka menggunakan metode rasio satu banding satu, artinya setiap satu anak dilatih oleh satu terapis.

“Kami memang tidak bisa menangani banyak anak sekaligus. Seiring bertambahnya jumlah murid, otomatis jumlah terapis yang dibutuhkan juga harus bertambah,” urainya.

Metode ini sangat fokus pada interaksi intensif antara murid dan terapis, yang dilakukan dengan pendekatan yang sangat personal. “Misalnya, satu sesi bisa memakan waktu dua jam, yang diisi dengan latihan untuk meningkatkan rasa percaya diri, keterampilan membaca dan menulis bagi yang sudah siap. Namun, bagi anak-anak yang belum siap, pelatihan lebih difokuskan pada membangun kemandirian dan kemampuan berinteraksi sosial,” terang pria berlatar belakang perbankan ini.

Sementara itu, acara syukuran yang diadakan menjadi momen penting bagi Rumah Harapan yang berusia 18 tahun (didirikan 14 Maret 2007). Meski begitu, menurut Rahmat Abdul Haris, perjalanan selama 18 tahun ini tidak mudah. Waktu pandemi COVID-19 menjadi masa yang sangat sulit untuk memberikan terapi.

“Pada saat itu, kami kesulitan melaksanakan terapi melalui Zoom. Terapi ini memang memerlukan interaksi langsung, termasuk sentuhan fisik yang sangat penting untuk keberhasilan pelatihan,” bebernya.

Seiring dengan perkembangan zaman, anak-anak berkebutuhan khusus di sini juga dilatih untuk beradaptasi dengan teknologi. “Anak-anak sekarang harus dilatih berinteraksi dengan teknologi, termasuk penggunaan IT, karena perkembangan teknologi yang sangat pesat. Misalnya, teknologi AI yang bisa membawa perubahan besar dalam kehidupan kita ke depan,” pungkasnya.

Selain fokus pada pelatihan anak-anak berkebutuhan khusus, Rumah Haraoan juga berkomitmen untuk berbagi berkah dengan anak-anak dari komunitas lain.

“Sebagai terapis, kami sangat membutuhkan dukungan dari orang tua. Keberhasilan anak-anak di sini adalah keberhasilan orang tua dalam mendukung pola asuh mereka,” ungkap Penanggung Jawab Anak Berkebutuhan Khusus, St. Kurniah.

Acara berbagi berkah pun dilakukan secara rutin di hari-hari besar seperti 17 Agustus dan Idul Adha, di mana mereka mengajak orang tua dan anak-anak untuk berbagi kebahagiaan dengan sesama.

“Kami ingin berbagi kebahagiaan dan berkat ini kepada anak-anak berkebutuhan khusus dan juga anak-anak dari komunitas lainnya yang membutuhkan,” tambahnya. (*)

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Jerman Raih Kemenangan Perdana di Kualifikasi Piala Dunia Usai Taklukkan Irlandia Utara 3-1

8 September 2025 - 06:33 WIB

Sosok Aliah Sakira, Pelajar Makassar Pembawa Baki Penurunan Bendera di Istana

18 Agustus 2025 - 07:57 WIB

Meity Rahmatia Terpilih sebagai Ketua IPHI Sulsel Periode 2025–2030

18 Juli 2025 - 14:39 WIB

Dua Pemain PSM Wakili Klub di Liga Indonesia All Star

19 Juni 2025 - 20:15 WIB

Mengenal Hasrul Kaharuddin, Ketua APIH Makassar

5 Juni 2025 - 20:09 WIB

Trending di Ekobis